Writed : Nova Randi
Motang Rua adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan masyarakat Manggarai dan masyarakat NTT pada umumnya. Motang Rua yang dulunya telah memberikan segalahnya untuk kemerdekaan masyarakat Manggarai. Dengan kegigihannya serta nyali yang tak pernah pudar, menjadikan Beliau (Ema Motang Rua) sebagai pelopor utama masyarakat manggarai dalam mencapai puncak kemerdekaan atas kekejaman tentara sekutu Belanda. Kini segalah cerita, usaha dan kerja kerasnya hanya dilukis dalam nama sebuah lapangan sepak bola di Kabupaten Manggarai Tengah yaitu "Lapangan Motang Rua".
Seiring berjalannya waktu, ceritanya pun terkubur dan tenggelam ketika Beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di Aceh. Nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan Motang Rua patut terpahat dalam hati dan pikiran setiap cucu-cece Motang Rua di Manggarai dan dimanapun mereka berdiam di nusantara ini. Mengikuti tempat pembuangannya yang terus berpindah-pindah hingga wafatnya di Aceh, adalah bukti ketakutan pemerintah Belanda terhadap perjuangan Motang Rua.Karena itu Motang Rua sangat patut digolongkan sebagai salah satu pahlawan perintis kemerdekaan Republik Indonesia.
Ada banyak hal yang perlu peraktikkan oleh generasi sekarang akan sejarah; Mulai dari bagaiaman kesatriaan para pahlawan dalam mempertahankan negeri ini demi mengibarkan bendera pusaka, yaitu "Bendera Merah Putih". Ada banyak pesan yang disampaikan oleh Bung Karno (Tokoh Proklamator), diantaranya : "Jangan sekali-kali melupakan sejarah" yang akhirnya dikenal istilah "JAS MERAH". Pada saat itu Bung Karno mengatakan kepada rakyat Indonesia bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa pahlawannya, tentunya masyarakat dapat mengenang perjuangan pahlawannya melalui SEJARAH BANGSANYA.
Apa yang melatarbelakangi Bung Karno berkata demikian? Tentu seorang pelopor pejuang kemerdekaan sangat merasakan betapa pahitnya mempertahankan negeri ini dari tangan penjajah.
Terbukti apa yang dikatakan Bung Karno akan sejarah ("Jangan sekali-kali melupakan sejarah").
Mari kita simak peristiwa jatuhnya presiden Soeharto dan tumbangnya rezim orde baru, yang disebabkan oleh kacaunya perekonomian kita saat itu yang diakibatkan oleh serangan "Badai Krisis Moneter". Suatu kesalahan yang dibuat oleh pemerintah orde baru dengan menaikkan harga bahan bakar minyak dari 800,- menjadi 1200,- walau pada akhirnya diturunkan lagi menjadi 1000,- pada saat krisis ekonomi, ditengah tingginya tingkat inflasi, Bank Indonesia sebagai bank sentral tidak mampu menjaga nilai tukar mata uang rupiah yang terus melemah, dan pemerintah saat itu juga tidak mampu menahan kenaikkan harga bahan pokok, menyebabkan terjadinya demostrasi besar-besaran yang dilakukan mahasiswa.
"Cerminan yang baik adalah yang dibelakang kita, bukan yang didepan kita"
Jadilah sejarah sebagai fondasi dasar demi tercapainya apa yang menjadi ideologi negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar